Sabtu, 26 Maret 2011

Kebaya Kartini Modern




Kebaya merupakan identitas dan jati diri perempuan Indonesia. Sejak zaman dahulu, kebaya memiliki kekuatan, bukan sekadar pakaian yang menutupi tubuh. "Zaman perang melawan penjajah, kebaya yang dikenakan para perempuan mengisyaratkan sebagai simbol perjuangan mereka. Seperti kebaya yang dikenakan Ibu Kartini, yang memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia," kata perancang Amy Atmanto.
Selasa lalu, Amy kembali menyuguhkan kebaya dalam pameran busana bersama perusahaan retail fashion asal London, Harvey Nichols, di Grand Indonesia, Jakarta. Acara yang berkaitan dengan Hari Kartini itu mengusung tema “I am a Woman, Bangga Perempuan Indonesia Berdaya dan Berkarya”. "Kebaya menjadi simbol penting yang kini dikenakan para Kartini modern," ujar perempuan kelahiran Jakarta, 19 Agustus 1973, itu.


Dalam pameran itu, perancang kebaya ini menyuguhkan pesona menarik yang berbeda. Ia ingin kebaya menjadi daya tarik dengan kekinian dan modernitas. Kebaya bisa dikenakan lintas usia serta menyerap kekayaan budaya dan kain dari seluruh Indonesia. Semangat itu kali ini hadir dengan nuansa baru. "Setidaknya kebaya saya berkarakter dan mampu menyatakan sebuah sikap perempuan terhadap situasi sekarang," tutur Amy. 


Dia menjelaskan, dahulu kebaya terkesan hanya dipakai mbok-mbok tua dengan taste atau selera “jadul” alias kuno. "Sekarang saya menyajikan kebaya sesuai dengan karakter dan semangat pemberdayaan, karya, kemampuan, serta kreativitas para perempuan atau Kartini modern," ia menambahkan. 


Acara ini mendapat dukungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian Koperasi dan UKM, ASEAN Woman Wings, Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB), serta sejumlah selebritas dan sosialita Indonesia. "Mereka sepakat, kebaya merupakan keberanian menunjukkan eksistensi keagungan sosok wanita yang sesungguhnya dan tak pernah putus perjuangannya dalam mengusung emansipasi wanita," ia memungkasi.

Linda Amalia Agum Gumelar, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, mengimbau agar para wanita tetap melestarikan warisan bangsa Indonesia seperti kebaya. "Kebaya menjadi identitas karakter perjuangan wanita Indonesia. Di tangan Amy, ia menyajikan sesuatu tampil beda bergaya modern tanpa meninggalkan pakem atau pola awal kebaya," kata Linda. 

Sore itu, sebanyak 21 busana kebaya diperagakan para perempuan dari berbagai profesi. Amy mengatakan, peragaannya kali ini tidak terpaku pada tren, tapi menyajikan perempuan Indonesia berkebaya sesuai dengan pancaran diri pemakainya. Setiap karyanya terlihat cantik dan unik berkat upayanya memadukan gaya haute couture alias adibusana dengan pemakaian bahan berupa beludru, batik, songket, dan bahan velvet. Kemudian dipermanis aksen payet dan kristal swarovski. 

Benang merah koleksi khusus kali ini menggambarkan karakter seorang wanita yang ditonjolkan melalui rancangan dan para modelnya. Dia menyebutkan penggambaran gaya aristokrasi Jawa seperti kebaya yang dikenakan Ingrid Kansil. Kemudian Cut Yanti, yang orang Aceh, tampak menawan mengenakan kebaya yang mengisyaratkan Srikandi-nya Aceh. "Kebaya yang dipakai Cut Yanti terinspirasi dari busana pengantin Aceh. Bentuknya kebaya panjang dipadu celana panjang, dengan lilitan kain atau selendang panjang di bagian pinggang. Sebab, perempuan Aceh tidak berkain," ungkap Amy. 

Lalu kebaya yang dikenakan Vanila Pusparata, Ketua Umum ASEAN Woman Wings, merupakan kebaya dari bahan sari India yang dipadukan dengan bordir gajrukan dari Tasikmalaya dan sutra Makassar. "Vanila berkebangsaan India. Tapi kebaya panjang sari India yang dikenakannya seperti gaun malam di acara resmi." Kemudian istri Duta Besar Kanada mengenakan kebaya biru berkerah sabrina dengan bahan Thai silk yang dibordir bunga hitam sederhana, klasik tapi terkesan modern. 

Karena modelnya para selebritas, sosialita, dan istri pejabat, ia merancang busana bertajuk special ladies. Sedangkan untuk model, ia menggambarkan sosok first ladies dalam artian mereka ditampilkan sebagai queen atau menjadi wanita nomor satu yang berkekuatan, mandiri, berdaya, dan mampu melakukan hal-hal luar biasa bagi lingkungan. Selama dua bulan penuh ia mempersiapkan seluruh karyanya itu. 

Fetty Kwartat, General Manager Corporate Secretary & Investor Relation PT Mitra Adiperkasa, pengelola Harvey Nichols, mengatakan jejak langkah Kartini mengilhami pihaknya untuk berkolaborasi dengan Amy. Menurut dia, sejak Desember lalu tempatnya mulai menggandeng perancang lokal. "Permintaan busana berdesain lokal cukup tinggi. Kami coba padukan dengan busana yang sesuai target pasar kami. Koleksi kebaya Amy bercitarasa modern, meski kental dan sarat dengan inspirasi lokal," ujarnya. HADRIANI P
Sumber : TEMPO InteraktifJakarta   MINGGU, 02 MEI 2010 | 18:47 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar